tugas Mendeley

Untuk mendapatkan file word klik 👉 Download



MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERFIKIR KRITIS SISWA




 












Oleh:
MIFTAHUR RAHMAH
A1G119045



JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019

A.    Pengertian Berfikir Kritis
Dalam (Hartini, 2017) dikatakan bahwa Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu kompetensi yang harus dikembangkan dan dilatihkan pada siswa melalui kegiatan pembelajaran, sehingga kemampuan tersebut terus tumbuh dan berkembang karena kemampuan ini sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan. Berpikir kritis adalah kemampuan bernalar dan berpikir reflektif yang diarahkan untuk memutuskan hal-hal yang meyakinkan untuk dilakukan. berpikir kritis merupakan pemikiran reflektif dan produktif, dan melibatkan evaluasi serta pertimbangan keputusan yang akan diambil. Selain itu  berpikir kritis adalah sebuah proses yang didalamnya mengungkapkan tujuan yang dilengkapi alasan yang tegas  tentang suatu kepercayaan atau kegiatan yang telah dilakukan.
Sehingga beberapa hal  yang dapat dilakukan guru untuk mendorong keterampilan berpikir kritis siswa adalah dengan menentukan fokus atau topik bahasan yang dapat mendorong peserta didik berpikir, guru mengajukan pertanyaan, guru membantu peserta didik untuk berpikir yang mungkin dilakukan peserta didik untuk mengatasi masalah yang diajukan, guru meminta peserta didik untuk mengambil keputusan dan memecahkan masalah. Berdasarkan beberapa definisi yang telah dijabarkan dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan berpikir reflektif, produktif, masuk akal, serta bersifat aplikatif untuk menyelesaikan masalah yang muncul dikehidupan siswa. Hal ini penting dimiliki siswa sebagai bekal menghadapi tuntutan zaman. Pentingnya kemampuan berpikir kritis juga dituangkan dalam bentuk Kompetensi Lulusan meliputi dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan  sebagai kemampuan yang harus dimiliki siswa Sekolah Dasar yang. Hal ini juga berkaitan erat dengan harapan dari sistem pendidikan saat ini yaitu menyeimbangkan kemampuan peserta didik dalam semua ranah tersebut baik ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkan pendidikan karakter sejak dini.
Berdasarkan Lampiran Permendikbud Nomor 20 tahun 2016 dalam (Hartini, 2017), kompetensi lulusan dan standar isi dalam dimensi sikap yaitu siswa harus memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggungjawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain. Pada dimensi pengetahuan, siswa harus memiliki pengetahuan faktual dan konseptual berdasarkan rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dalam wawasan kemanusiaan kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena di lingkungan, sekolah, dan tempat bermain. Sedangkan pada dimensi keterampilan, siswa usia harus memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktif serta kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai yang ditugaskan kepadanya. Selain itu, berdasarkan Lampiran Permendikbud No.22 tahun 2016 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, pembelajaran di sekolah sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Hal ini didukung oleh UNESCO yang memandang pendidikan sebagai suatu bangunan yang ditopang oleh empat pilar yaitu learning to know, learning to do, learning to live together dan learning to be. Selain itu, keberhasilan pembelajaran sains dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: kurikulum, empat pilar pendidikan, sumber daya, lingkungan belajar, keefektifan mengajar, dan evaluasi belajar. Hal ini di kemukakan dalam (Hartini, 2017)
B.     Kemampuan Berfikir Kritis Mahasiswa
Salah satu tujuan pendidikan tinggi adalah mengembangkan kemampuan berfikir kritis ( critical thinking )mahasiswa. Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang. Ketika mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Terdapat  berbagai macam  cara  berpikir,  antara  lain:  berpikir  vertikal, lateral, kritis,  analitis,  kreatif  dan strategis. Banyak  buku  dan  para  ahli  mendefinisikan  kata  berfikir    yang  berbeda-beda,  namun  pada  umumnyamempunyai  pengertian  yang sama. Perguruan tinggi dituntut untuk mengembangkan proses pembelajaran yang kritis untuk menciptakan calon tenaga kerja yang berkompetensi. Tetapi kenyataannya kemampuan berfikir kritis mahasiswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa hasil penelitian yang masih mengidentifikasikan rendahnya kemampuan berfikir kritis mahasiswa Indonesia. Penelitian Mayadiana (2005) dalam (Abd. Ghofur, Durrotun Nafisah, 2016), bahwa kemampuan berpikir kritis mahasiswa calon guru SD masih rendah, yakni hanya mencapai 36,26% untuk mahasiswa berlatar belakang IPA, 26,62% untuk mahasiswa berlatar belakang non-IPA, serta 34,06% untuk keseluruhan mahasiswa. Semua informasi yang ditemukan di lapangan tersebut mengenai rendahnya kemampuan berpikir kritis mahasiswa PGSD tidak selayaknya dibiarkan begitu saja. Akan tetapi, perlu kiranya dilakukan sebuah upaya untuk menindaklanjutinya dalam rangka perbaikan, salah satu alternatifnya adalah dengan menerapkan suatu strategi dan pendekatan pembelajaran yang lebih inovatif.
Adapun indikator berpikir kritis siswa yang harus dimiliki adalah (1) Keterampilan menganalisis merupakan suatu keterampilan menguraikan sebuah struktur ke dalam komponenkomponen agar mengetahui pengorganisasian struktur tersebut. Dalam keterampilan tersebut tujuan pokoknya adalah memahami sebuah konsep global dengan cara menguraikan atau merinci globalitas tersebut ke dalam bagian-bagian yang lebihkecil dan terperinci; (2) Keterampilan mensistesis merupakan keterampilan yang berlawanan dengan keterampilan menganalisis. Keterampilan menganalisis adalah keterampilan menghubungkan bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau susunan yang baru; (3) Keterampilan mengenal dan memecahkan masalah,keterampilan ini merupakan keterampilan aplikatifkonsep kepada beberapa pengertian baru. Keterampilan ini menutut pembaca untuk memahami bacaan dengankritis sehingga setelah kegiatan membaca selesai siswamampu menangkap beberapa pikiran pokok bacaan,sehingga mampu mempola sebuah konsep. Tujuan keterampilan ini bertujuan agar pembaca mampumemahami dan menerapkan konsep-konsep ke dalam permasalahan atau ruang lingkup baru; (4) Keterampilan meyimpulkan ialah kegiatan akal pikiran manusiaberdasarkan pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang dimilikinya dapat beranjak mencapaipengertian/pengetahuan (kebenaran) yang baru yang lain; (5) keterampilan mengevaluasi, keterampilan ini menuntut pemikiran yang matang dalam menentukannilai sesuatu dengan berbagai criteria yang ada. Hal ini dikemukakan oleh (Abd. Ghofur, Durrotun Nafisah, 2016).

C.     Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
(Hudoyo, 2006) mengungkapkan bahwa berpikir kritis adalah berpikir secara  beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Oleh karena itu, indikator kemampuan berpikir kritis dapat diturunkan dari aktivitas kritis siswa sebagai berikut :
1)      Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan.
2)      Mencari alasan.
3)      Berusaha mengetahui informasi dengan baik.
4)      Memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya.
5)      Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan.
6)      Berusaha tetap relevan dengan ide utama.
7)      Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar.
8)      Mencari alternatif.
9)      Bersikap dan berpikir terbuka.
10)  Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu.
11)  Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan.
12)  Bersikap secara sistimatis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan masalah.
 Indikator kemampuan berpikir kritis yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 1 adalah mampu merumuskan pokok-pokok permasalahan.  Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 3, 4, dan 7 adalah mampu mengungkap fakta yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu masalah. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 2, 6, dan 12 adalah mampu memilih argumen logis, relevan dan akurat. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 8 dan 10, dan 11 adalah mampu mendeteksi bias berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 5 dan 9 adalah mampu menentukan akibat dari suatu pernyataan yang diambil sebagai suatu keputusan.
dalam penelitian yang berjudul Collaborative Learning Enhances  Critical  Thinking dalam (Hudoyo, 2006), menyatakan  bahwa yang dimaksud dengan soal berpikir kritis adalah soal yang melibatkan analisis, sintesis,  dan  evaluasi dari suatu konsep. bahwa berpikir kritis disebut juga berpikir logis dan berpikir analitis. Selanjutnya untuk melatih berpikir kritis siswa harus didorong untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut : (1) Menentukan konsekuensi dari suatu keputusan atau suatu kejadian; (2) Mengidentifikasi asumsi yang digunakan dalam suatu pernyataan; (3) Merumuskan pokok popok permasalahan; (4) Menemukan adanya bias berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda; (5) Mengungkapkan penyebab suatu kejadian; (6) Memilih fakor-faktor yang mendukung terhadap suatu keputusan. Hal ini dikemukakan oleh (Hudoyo, 2006)



D.    Langkah Berfikir Kritis
Dalam (Zubaidah & Malang, 2017) dikatakan bahwa langkah berpikir kritis yang dapat dikelompokkan menjadi tiga langkah: pengenalan masalah masalah (defining/clarifying problems), menilai informasi (judging informations) dan memecahkan masalah atau menarik kesimpulan (solving problems/drawing conclusion). Lebih rinci diungkapkan bahwa untuk melakukan langkah-langkah itu diperlukan keterampilan yang dinamai Twelve Essential Critical Thinking Skills (12 keterampilan esensial dalam berpikir kritis), berikut. 1. Mengenali masalah (defining and clarifying problem) a. Mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok. b. Membandingkan kesamaan dan perbedaan-perbedaan. c. Memilih informasi yang relevan. d. Merumuskan/memformulasi masalah. 2. Menilai informasi yang relevan a. Menyeleksi fakta, opini, hasil nalar/judgment. b. Mengecek konsistensi. c. Mengidentifikasi asumsi. d. Mengenali kemungkinan faktor stereotip. e. Mengenali kemungkinan bias, emosi, propaganda, salah penafsiran kalimat (semantic slanting). f. Mengenali kemungkinan perbedaan orientasi nilai dan ideologi. 3. Pemecahan Masalah/ Penarikan kesimpulan a. Mengenali data-data yang diperlukan dan cukup tidaknya data. b. Meramalkan konsekuensi yang mungkin terjadi dari keputusan/pemecahan masalah/kesimpulan yang diambil.
Siswa hendaknya memulai proses berpikir kritis dengan langkah 1 dan dengan latihan beralih menuju langkah 2 serta jenjang selanjutnya. Langkah 1 Mengidentifikasi masalah, informasi yang relevan dan semua dugaan tentang masalah tersebut. Ini termasuk kesadaran akan kemungkinan adanya lebih dari satu solusi.  Langkah 2 Mengeksplorasi interpretasi dan mengidentifikasi hubungan yang ada. Ini termasuk mengenali bias/prasangka yang ada, menghubungkan alasan yang terkait dengan berbagai alternatif pandangan dan mengorganisir informasi yang ada sehingga menghasilkan data yang berarti. Langkah 3 Menentukan prioritas alternatif yang ada dan mengkomunikasikan kesimpulan. Ini termasuk proses menganalisis dengan cermat dalam mengembangkan panduan yang dipakai untuk menentukan faktor, dan mempertahankan  solusi yang terpilih. Langkah 4 Mengintegrasikan, memonitor dan menyaring strategi untuk penanganan ulang masalah. Ini termasuk mengetahui pembatasan dari solusi yang terpilih dan mengembangkan sebuah proses berkelanjutan untuk membangkitkan dan menggunakan informasi baru.
beberapa hal berikut untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.
a.       Kuasai terlebih dahulu kemampuan-kemampuan berpikir dasar.(induktif, deduktif dan reflektif).
b.      Selalu bersikap skeptis tentang segala sesuatu!, benar/tidak ?, cocok/tidak dan lainnya.
c.       Tanamkan dalam diri kita bahwa tidak ada kebenaran yang mutlak selain yang datang dari Allah.
d.      Latihlah hal-hal berikut. a. Mengenali inti sebuah pernyataan. b. Mengulang pernyataan dalam kalimat sendiri. c. Mencari contoh untuk mengilustrasikan pernyataan. d. Mengenali maksud di balik pernyataan. e. Mencari kemungkinan penafsiran lain dari pernyataan. f. Membedakan antara inti pernyataan dengan alasannya. g. Memeriksa antara pernyataan denggan alasannya. h. Merumuskan pertanyaan dengan jelas dan benar. i. Membedakan antara fakta dengan opini atau penafsiran
e.       Yakini bahwa selalu ada kemungkinan kekeliruan atau kesalahan dari suatu pernyataan..
f.       Yakini bahwa tidak ada larangan untuk berpikir kritis dan berpendapat lain.
g.      Yakini bahwa pendapat orang banyak belum tentu benar.
h.      Yakini bahwa berpikir kritis adalah juga kunci untuk maju.
i.        Selalu dahului keputusan yang kita ambil sekecil apapun dengan berpikir nalar (menggunakan logika).
j.        Jika kita ingin berpikir kritis, jangan lupa pula bahwa orang lain pun mau. siapkah ???
Hal ini diungkapkan oleh (Zubaidah & Malang, 2017)
E.     Berfikir Kritis dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Analisis data deskriptif menunjukkan bahwa kemampuan berfikir kritis kelas eksperimen yang belajar dengan model pembelajaran berbsis masalah berkategori cukup baik yaitu dengan rata rata skor 71.83, sedangkan kemampuan berfikir kritis siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional memilik rata rata skor sebesar 64.67 masih berkategori cukup baik. Siswa yang mendapatkan perlakuan model pembelajaran berbasisis masalah memiliki nilai rata rata sebanyak 26.67% sedangkan siswa yang  mengikuti model pembelajaran konvensional sebanyak 16.67%. Adanya hubungan yang signifikan antara kemampuan berfikir kritis siswa yang mendapatkan model pembelajaran berbasis masalah menunjukkan bahwa model pembelajaran ini sangat baik untuk diterapkan oleh guru dalam proses belajar mengajar di kelas.
Tujuan pembelajaran berbasis masalah adalah “membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, memecahkan masalah, keterampilan intelektual, belajar tentang berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi, dan menjadi pembelajaran yang mandiri”. Dalam pembelajaran berbasis masalah, sebelum memulai proses belajar mengajar di dalam kelas, siswa terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul. Setelah itu, tugas guru adalah merangsang siswa untuk berfikir kritis dalam memecahkan suatu masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan perspektif yang berbeda dengan mereka. Berpikir kritis dan kreatif memungkinkan siswa untuk mempelajari masalah secara sistematis, menghadapi banyak rintangan dengan cara yang terorganisasi, merumuskan pertanyaan inovatif, dan merancang solusi yang tepat. Pada definisi lainnya, berpikir kritis adalah berpikir dengan baik, dan merenungkan tentang proses berpikir merupakan bagian dario berpikir dengan baik.  Penelitian ini dikemukakan dalam (Zalia Muspita1), 2015)




DAFTAR PUSTAKA
Abd. Ghofur, Durrotun Nafisah, E. N. (2016). Gaya belajar dan implikasinya terhadap kemampuan berfikir kritis mahasiswa. GAYA BELAJAR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS MAHASISWA Oleh:, 1(2), 166–184.
Hartini, A. (2017). PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR Ayu Hartini S2-Pendidikan Dasar Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Email : ayuhartini.new@gmail.com PENDAHULUAN. PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR, 1, 6–16.
Hudoyo. (2006). Kemampuan berpikir kritis dan kreatif 1.
Zalia Muspita1), M. H. (2015). PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH. Program Studi Pendidikan Ekonomi, STKIP Hamzanwadi Selong, 10(2), 418–430.
Zubaidah, S., & Malang, U. N. (2017). Berpikir Kritis : Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi yang Dapat Dikembangkan melalui Pembelajaran Sains 1. (June).

Komentar